Sempat Alami Sesak Nafas, Marisa Oetomo Sukses Taklukkan Ironman 70.3 World Championships
Perhelatan Ironman 70.3 World Championships di Taupo, New Zealand pada Sabtu, 14 Desember menjadi pengalaman tak terlupakan bagi Marisa Oetomo. Ia sangat bangga bisa bertanding bersama para atlet level dunia dalam kejuaraan ini.
Saat dihubungi SUB Jersey, perempuan asal Surabaya itu mengaku sangat nervous saat akan mulai pertandingan. Untuk diketahui, ironman merupakan olahraga yang mempertandingkan tiga cabang olahraga sekaligus. Di mana Marisa harus berenang sejauh 1,9 km, dilanjut bersepeda 90 km, dan terakhir berlari sepanjang 21 km. Tentu bukan hal yang mudah untuk ditaklukkan.
"Nervous itu akhirnya bikin aku sesak nafas sewaktu renang di air yang dingin. Jadi setiap beberapa meter, aku harus berhenti sebentar untuk menenangkan diri. Baru setelah itu renang lagi," ungkap Marisa.
Kendala itu praktis membuatnya melambat. Meski sudah dibalut dengan wetsuit untuk menghalau dingin saat renang, tetapi tetap saja rasa grogi menguasainya. Jadilah Marisa termasuk finis belakangan dibanding para atlet lainnya dikategori group age 35-39.
Tidak berhenti sampai situ. Ia juga mengalami kesulitan saat transisi dari air ke sepeda. Baru pertama kali pakai wetsuit, tentu membuatnya tidak terlalu lincah saat harus melepaskannya. Ditambah ia juga masih harus mengenakan penghangat dan SUB Waterproof Jacket sebelum menaiki sepedanya.
"Yang lain tidak ada yang pakai jaket. Kayaknya cuma aku. Cuaca sangat berangin jadi aku butuh sekali pakai SUB Waterproof Jacket supaya badan nggak terlalu dingin. Apalagi habis dari air kena angin otomatis lebih dingin," ujar ibu dua anak tersebut.
Langkahnya terbukti ampuh. Brand ambassador SUB Jersey itu merasa terbantu dengan SUB Waterproof Jacket yang dikenakannya. Marisa merasa lebih terlindungi sehingga lebih konsentrasi untuk melalui rute rolling yang sangat bergeronjal.
Pada sesi bersepeda ini, Marisa mampu mengejar ketertinggalannya. Langganan podium Queen of Mountain membuatnya tidak terlalu masalah dengan tanjakan. Kendati demikian, ia cukup terkejut saat disalip atlet-atlet lainnya saat jalanan turun.
Tetapi Marisa tetap tenang. Tidak panik. Sejak awal ikut Ironman 70.3 World Championships ini dirinya memang tidak menargetkan podium juara. Marisa realistis dengan peluang dan para pesaingnya level dunia semua. Jadilah ia lebih fokus untuk menyelesaikan tantangan, jangan sampai DNF.
Begitu selesai bersepeda, dilanjut dengan berlari. Tak disangka bagian ini menjadi performa terbaiknya di antara tiga cabang olahraga ironman.
"Lari dihawa dingin ternyata enak juga. Heart Rate tinggi tapi tidak terasa tinggi. Jadinya bisa lari kencang. Aku bisa finis 5 jam 57 menit," katanya.
Catatan waktu tersebut memang lebih lambat dua menit dibanding saat tampil di Ironman 70.3 Desaru Coast, Malaysia pada Mei lalu. Harus diakui ada sedikit kecewa yang dirasakannya lantaran target untuk membuat catatan waktu yang lebih baik gagal diwujudkannya.
"Tapi aku berpikir kalau memang inilah kemampuanku. Selain itu, tidak bisa disamakan juga. Rute di sini lebih berat dibanding Desaru. Kondisi iklim dan cuaca juga berbeda," tutur Marisa.
Jika bisa mengulang, tentunya Marisa ingin tampil lebih baik. Terutama saat sesi renang. Berhenti tiap beberapa meter gara-gara nervous pastilah berimbas pada melambatnya catatan Waktu. Selain itu, ia juga berharap bisa lebih push lagi pada sesi bersepeda.
Akan tetapi, semua sudah dilalui. Marisa tetap bangga dengan hasil yang diperolehnya. Berada di kejuaraan dunia dengan para atlet yang sangat kompetitif ternyata sangat menyenangkan walau menantang adrenalin.