Alami Tiga Kecelakaan Demi Bromo KOM Challenge 2023
Tidak ada kata yang bisa menggambarkan perasaan Lusia usai mengukuhkan gelar juara kategori women 40+ Bromo KOM Challenge 2023. Bayangkan saja selama tiga minggu berturut-turut wanita asal DKI Jakarta ini mengalami tiga kecelakaan sekaligus. Sungguh suatu keajaiban bagi Lusia bisa finis di puncak Wonokitri, serta melejit menjadi jawara.
"Senang banget. Ini event sepeda terbesar pertama yang saya ikuti," ucapnya kala ditemui SUB Jersey di Pendopo Agung Panca Manggala Gatra Nagara, Desa Wonokitri.
Debutan Bromo KOM Challenge ini sama sekali tak menyangka bisa langsung berjaya pada ajang kendurinya para cyclist di Indonesia. Pesepeda asal komunitas GLCCC ini sempat hampir putus asa dan mengira bakal melewatkan kesempatan mendaki Wonokitri. Hal itu lantaran Lusia dan suaminya mengalami kecelakaan tunggal dalam perjalanan dari Jakarta menuju Surabaya. Tepatnya berada di kilometer 644.
Mobil yang dikendarainya mengalami pecah ban lalu menabrak pembatas jalan tol hingga nyaris terbalik. Beruntung Lusia dan sang suami selamat, begitu pula dengan peralatan sepeda yang mereka bawa. Mau tak mau mobilnya harus diderek sampai Kota Pahlawan, sebelum akhirnya masuk ke bengkel untuk perbaikan.
"Untungnya saya datang Kamis. Saya sudah sempat capek sekali. Pengorbanan sudah begini, pikir saya waktu itu entah masih bisa ikut lomba apa nggak. Saya cuma berdoa sama Tuhan kalau memang diizinkan semoga semuanya lancar," ungkap wanita 46 tahun tersebut.
Layak kalau Lusia hampir pasrah dengan keadaan. Cobaan yang dilaluinya sangat luar biasa. Sekitar tiga minggu sebelumnya saat latihan Lusia mengalami tabrakan dengan pemotor di daerah Cianjur yang menyebabkannya terjatuh hingga kaki sebelah kirinya terluka. Setelah recovery, seminggu kemudian ia memutuskan latihan lagi dengan rute Jakarta ke Tangkuban Perahu. Tapi lagi-lagi ia mengalami kejadian naas. Lusia diserempet mobil sampai terjatuh. Kali ini kaki kanannya yang mengalami memar dan luka.
Tak pelak kemenangan ini begitu membanggakannya. Usai cobaan beruntun, ia mendapat hadiah manis dari Bromo KOM Challenge 2023. Lusia sukses finis tercepat dalam kategorinya. Disusul Henny Kusuma Dewi pada posisi kedua, lalu Jenny Hartanto yang ketiga.
Tetapi Bromo memang selalu menyimpan cerita bagi para pesepeda yang ke sana. Tak hanya Lusia saja. Juara women kategori 30-34 Carini Sucipto juga punya kisah perjuangannya. Wanita 31 tahun ini bahkan sampai berkaca-kaca ketika sampai di garis finis sebagai pebalap pertama. Carin sukses mempertahankan gelar juaranya dalam dua edisi Bromo KOM berturut-turut.
"Pertama kali race mau kram. Saya belum pernah sampai titik kaki mau kram. Tadi tuh sampai habis-habisan. Makanya pas finis mau nangis, karena sakit banget. Bisa sampai sini perjuangan banget," cerita Carin.
Pesepeda asal Semarang ini dilanda kram hampir sepanjang balapan. Coba cari bantuan medis tidak kunjung ketemu. Akhirnya Carin pun mencoba mengatasi sendiri rasa sakit yang mendera kakinya. Ia tidak ingin mengalah pada keadaan. Tujuannya untuk finis paling cepat harus bisa diwujudkan. "Kalau kalah karena kram rasanya konyol saja," katanya.
Carin ingin mempersembahkan kemenangan itu untuk kedua buah hatinya yang selalu setia mengikutinya kemana pun ketika lomba. Itulah motivasi terbesarnya mendaki Wonokitri. Beruntung nasib baik masih berpihak padanya. Carin sukses menuntaskan harapannya.
"Senang banget. Ini event sepeda terbesar pertama yang saya ikuti," ucapnya kala ditemui SUB Jersey di Pendopo Agung Panca Manggala Gatra Nagara, Desa Wonokitri.
Debutan Bromo KOM Challenge ini sama sekali tak menyangka bisa langsung berjaya pada ajang kendurinya para cyclist di Indonesia. Pesepeda asal komunitas GLCCC ini sempat hampir putus asa dan mengira bakal melewatkan kesempatan mendaki Wonokitri. Hal itu lantaran Lusia dan suaminya mengalami kecelakaan tunggal dalam perjalanan dari Jakarta menuju Surabaya. Tepatnya berada di kilometer 644.
Mobil yang dikendarainya mengalami pecah ban lalu menabrak pembatas jalan tol hingga nyaris terbalik. Beruntung Lusia dan sang suami selamat, begitu pula dengan peralatan sepeda yang mereka bawa. Mau tak mau mobilnya harus diderek sampai Kota Pahlawan, sebelum akhirnya masuk ke bengkel untuk perbaikan.
"Untungnya saya datang Kamis. Saya sudah sempat capek sekali. Pengorbanan sudah begini, pikir saya waktu itu entah masih bisa ikut lomba apa nggak. Saya cuma berdoa sama Tuhan kalau memang diizinkan semoga semuanya lancar," ungkap wanita 46 tahun tersebut.
Layak kalau Lusia hampir pasrah dengan keadaan. Cobaan yang dilaluinya sangat luar biasa. Sekitar tiga minggu sebelumnya saat latihan Lusia mengalami tabrakan dengan pemotor di daerah Cianjur yang menyebabkannya terjatuh hingga kaki sebelah kirinya terluka. Setelah recovery, seminggu kemudian ia memutuskan latihan lagi dengan rute Jakarta ke Tangkuban Perahu. Tapi lagi-lagi ia mengalami kejadian naas. Lusia diserempet mobil sampai terjatuh. Kali ini kaki kanannya yang mengalami memar dan luka.
Tak pelak kemenangan ini begitu membanggakannya. Usai cobaan beruntun, ia mendapat hadiah manis dari Bromo KOM Challenge 2023. Lusia sukses finis tercepat dalam kategorinya. Disusul Henny Kusuma Dewi pada posisi kedua, lalu Jenny Hartanto yang ketiga.
Tetapi Bromo memang selalu menyimpan cerita bagi para pesepeda yang ke sana. Tak hanya Lusia saja. Juara women kategori 30-34 Carini Sucipto juga punya kisah perjuangannya. Wanita 31 tahun ini bahkan sampai berkaca-kaca ketika sampai di garis finis sebagai pebalap pertama. Carin sukses mempertahankan gelar juaranya dalam dua edisi Bromo KOM berturut-turut.
"Pertama kali race mau kram. Saya belum pernah sampai titik kaki mau kram. Tadi tuh sampai habis-habisan. Makanya pas finis mau nangis, karena sakit banget. Bisa sampai sini perjuangan banget," cerita Carin.
Pesepeda asal Semarang ini dilanda kram hampir sepanjang balapan. Coba cari bantuan medis tidak kunjung ketemu. Akhirnya Carin pun mencoba mengatasi sendiri rasa sakit yang mendera kakinya. Ia tidak ingin mengalah pada keadaan. Tujuannya untuk finis paling cepat harus bisa diwujudkan. "Kalau kalah karena kram rasanya konyol saja," katanya.
Carin ingin mempersembahkan kemenangan itu untuk kedua buah hatinya yang selalu setia mengikutinya kemana pun ketika lomba. Itulah motivasi terbesarnya mendaki Wonokitri. Beruntung nasib baik masih berpihak padanya. Carin sukses menuntaskan harapannya.