Inspiratif! Dzaki Wardana siap menantang Trans AM Bike Race 6800 km di USA
6800 kilometer. Bukan main jauhnya. Hampir sembilan kali jarak antara Tugu Pahlawan Surabaya dengan Monumen Nasional DKI Jakarta. Kira-kira begitulah gambaran Trans AM Bike Race (TABR) di Amerika Serikat. Di sanalah Dzaki Wardana, cyclist asal Indonesia, menantang dirinya sendiri untuk menaklukkan salah satu event balap sepeda dengan jarak terjauh yang pernah ada di dunia.
Nekat, namun, tekadnya kuat. Kombinasi keduanya membuat Dzaki memberanikan diri terbang ke Amerika sendiri. Cyclist asal Tangerang tersebut ingin membuktikan bahwa dirinya mampu menaklukkan sesuatu yang benar-benar baru.
Bayangkan saja. Brand ambassador SUB Jersey itu pertama kalinya pergi ke Negeri Paman Sam. Sama sekali tak tahu medan, tetapi ia akan menyusuri pantai sebelah barat hingga ke pantai timur Amerika. Tepatnya Dzaki bakal memulai balapan dari Astoria, Oregon menuju Yorktown, Virginia. TABR memberikan batas waktu hingga 30 hari bagi peserta untuk menyelesaikan race. Dari 4 Juni hingga 4 Juli mendatang.
"Saya belum berani menentukan (bisa berapa hari sampai finis). Mudah-mudahan bisa di bawah waktu yang ditentukan," ucap pria kelahiran 26 Mei tersebut.
Dzaki akan menjadi orang Indonesia pertama sekaligus satu-satunya yang mengikuti TABR. Sebelumnya tidak pernah ada cyclist yang menjajal balapan yang termasuk ekstrem ini. Harus diakui TABR bukan ajang yang mudah. Setiap peserta harus mampu mengurus semua kebutuhannya sendiri. Tidak ada pit stop. Mulai dari makan, kesehatan, penginapan, dan lain-lain harus bisa ditangani sendiri. Pun demikian dengan kapan mulai start, berapa jarak yang akan ditempuh, berapa lama waktu istirahat, juga harus dipikirkan sendiri oleh cyclist.
Kepada SUB Jersey, pesepeda 35 tahun ini menceritakan awalnya ia tidak ingin mendaftar TABR tahun ini, sebab, jarak yang ditempuh terlalu panjang. Dzaki lebih dulu mencoba mendaftar Transcontinental Race di Eropa yang berkisar 3000-4000 kilometer. Dia ingin menjajal itu dulu, baru TABR di tahun depan. Sayang Dzaki tidak lolos kualifikasi. Akhirnya dia mencoba daftar TABR malah langsung diterima.
Segala persiapan pun dilakukan. Mulai menjaga fisik, mental, hingga sepeda yang akan menjadi kawan sekaligus rumah selama di sana. Dzaki tidak terlalu khawatir walau Amerika sudah mulai masuk musim panas. Setelah melakukan berbagai riset, kemungkinan cuaca tidak akan jauh beda dengan DKI Jakarta di siang hari.
Dzaki bertekad ingin harus bisa menyelesaikan balapan dengan kondisi prima. Hal ini tidak lepas dari tujuannya agar menginspirasi para pesepeda Indonesia untuk tak takut mencoba TABR.
"Mohon doa dan support dari teman-teman semua. Saya menjadi orang Indonesia pertama yang menyelesaikan lomba yang cukup gila secara jarak dan waktu. Mudah-mudahan setelah saya finis, akan ada orang Indonesia lainnya yang ikut event ini untuk memperbaiki catatan waktu bahkan kalau bisa mengharumkan nama Indonesia sebagai juara," harap Dzaki.
Sebelum berangkat, ia rutin latihan endurance agar staminanya tetap terjaga. Bagaimana pun ini akan menjadi balapan terpanjang dan terjauh yang diikutinya. Dzaki tak mau sampai drop. Bisa-bisa jadwal yang sudah disusunnya dengan apik kacau balau.
Kini Dzaki sudah ada di Amerika. Ia berangkat Sabtu (27/5) lalu. Perbedaan waktu hampir 12 jam dengan Indonesia membuatnya harus beradaptasi lebih awal. Ia juga ingin menjajal rute sebelum balapan berlangsung.
SUB Jersey akan menemani petualangan Dzaki selama di Amerika. Mulai dari jersey, BIB, vest, jaket, hingga gloves. SUB Jersey setia menjadi saksi perjuangan Dzaki di sana.