Shop now to get your free shipping offer. SHOP NOW

Semangat Baja Rambo Hadapi Kerasnya Ironman 70.3 Vietnam

Semangat Baja Rambo Hadapi Kerasnya Ironman 70.3 Vietnam

Tidak ada kata menyerah dalam kamus hidup Tjahjadi Soesilo. Sekali memulai sesuatu, maka dia harus mampu menyelesaikannya. Sesulit apapun tantangan itu. Kegigihan inilah yang memampukannya menuntaskan seluruh tantangan Ironman 70.3 Vietnam yang digelar Minggu (7/5) lalu.

Rambo, panggilan akrabnya, tak menyangka jika pertandingan triathlon yang bertempat di kota Da Nang, Vietnam, bakal seberat itu. Bukannya tidak ada persiapan. Namun, pecinta olahraga ekstrem asal Surabaya ini sama sekali tidak mengira kalau cuaca saat perlombaan bakal sepanas itu.

Padahal Rambo sengaja datang tiga hari lebih awal untuk adaptasi dengan lingkungan. Tetap saja itu bukan jaminan dia bakal menyelesaikan ironman tanpa hambatan. Malahan sehari setelah kedatangannya, tepatnya Jumat (5/5), Rambo terserang flu. Kondisinya semakin parah sampai nyaris tidak bisa tidur pada malam hari sebelum ironman berlangsung.

Ironman 70.3


"Tapi semua tetap harus dijalani. Saya bangun jam tiga pagi untuk mengecek ulang semuanya, mulai dari sepeda sampai nutrisi yang akan saya bawa untuk race," cerita pria 43 tahun tersebut kepada SUB Jersey.

Sifatnya yang tidak mudah putus asa benar-benar menguntungkannya. Semua sakit yang dirasakannya sebelum ironman, seolah hilang begitu saja. Digantikan oleh semangat untuk menaklukkan Da Nang yang terkenal panas.

Tantangan pertama, yakni renang, dilewati nyaris tanpa hambatan berarti. Meski sempat kaget dengan ombak laut yang tiba-tiba meninggi, tapi Rambo masih sanggup mengatasinya. Ujian sesungguhnya baru terasa saat hendak balap sepeda.

"Waktu pakai sepatu, perut saya tiba-tiba kram. Jadi butuh waktu sekitar dua menit untuk merilekskannya. Ternyata nggak cuma saya saja yang mengalami itu. Banyak teman-teman saya yang juga kram di bagian perut," ujar Rambo.

Cobaan tidak berhenti sampai situ. Ketika sedang fokus mengayuh sepedanya, giliran kakinya yang mengalami kram. Rambo terpaksa harus memperlambat lajunya. Terlalu berisiko jika tetap melaju kencang.

Bukannya hilang, rasa sakit yang mendera kedua pahanya semakin menjadi-jadi. Hingga membuat Rambo memilih berjalan kaki sejauh dua kilometer saat tantangan penghabisan. Padahal seharusnya dia berlari. Sebab, ironman ialah pertandingan yang terdiri dari renang, balap sepeda, dan lari.

"Mau bagaimana lagi. Soalnya kram," kata Rambo lantas tertawa.

Untung saja tim medis sigap membantunya. Rambo minta disemprot menggunakan ethylchloride sebanyak dua kali untuk meredakan rasa sakit yang dideritanya. Berkat itu Rambo bisa mulai berlari meski tidak bisa mengerahkan seluruh kekuatannya. Ia pun memasuki garis finis dengan waktu 6 jam 3 menit 46 detik.

Hasil ini jelas melebihi ekspektasinya. Rambo sempat memasang target untuk mampu menyelesaikan ironman ini dengan waktu 5 jam 40 menit. Terlebih ini merupakan perlombaan triathlon kedua yang diikutinya. Tahun lalu Rambo pernah berpartisipasi di Ironman 70.3 Lombok. Saat itu ia finis dengan catatan waktu 6 jam 37 menit 53 detik.

"Dengan kondisi yang ada, saya tetap bersyukur bisa menyelesaikannya. Memang kram ini jadi tantangan utama kalau berlomba dengan cuaca super panas. Mungkin hasilnya bakal berbeda kalau cuaca lebih dingin," terang Rambo.

Namun, Rambo tidak kapok. Dia masih ingin mencoba lagi. Suami Marisa Oetomo ini menargetkan tahun depan untuk ikut event ironman di tempat yang lain. Menurutnya, kunci untuk bisa sukses ironman ialah punya mental yang kuat.

"Ironman ini olahraga ketahanan. Yang dilatih ini mental di mana kita ditantang untuk menyelesaikan itu dengan berbagai masalah yang dihadapi. Buat sukses pastinya harus tekun berlatih, disiplin, dan berserah pada Tuhan," tutur Rambo.

Leave a comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Please note, comments must be approved before they are published