Tiga Kali Nyawa Hampir Melayang Gara-Gara TABR
Perjuangan Dzaki Wardana menuntaskan tantangan Trans AM Bike Race 2023 memang telah usai. Cyclist asal Tangerang itu berhasil finis pada 25 Juni pukul 03.00 waktu setempat atau pukul 15.00 WIB. Ia sukses membentangkan Sang Merah Putih di depan Yorktown Victory Monument yang menjadi titik finis event ultra cycling tersebut. Dzaki membutuhkan waktu selama 20 hari, 18 jam, dan 58 menit untuk menyelesaikan balapan.
Bangga dan bahagia itu sudah pasti. Terlebih ia menjadi satu-satunya cyclist asal Indonesia yang ikut dalam ajang TABR, lalu melesat menjadi pebalap kelima yang bisa menyentuh garis finis. Namun, siapa sangka di balik itu ada perjuangan dramatis yang hampir merenggut nyawa Dzaki. Bukan hanya sekali, tetapi tiga kali Dzaki merasa hampir hilang nyawa gara-gara ajang ini.
Hal tersebut diceritakan Dzaki dari kediaman Duta Besar Indonesia di Washington DC, Amerika Serikat. Saat itu ia sedang mencoba menaklukkan tanjakan dengan ketinggian sekitar 2000an ke arah Colorado ketika hujan es tiba-tiba datang. Kaget sudah pasti. Apalagi Dzaki sama sekali tidak mempersiapkan hal seperti ini bisa terjadi. Dari awal sebelum berangkat ia sudah diwanti-wanti bahwa Amerika sedang memasuki musim panas. Kenyataannya ia dihantam banyak sekali hujan selama perjalanannya membelah Amerika dari ujung barat ke ujung timur.
"Tangan, kaki, paha, dan betis sudah mati rasa. Cuma ketolong yang di badan saja. Itu terjadi selama tiga jam. Makanya saya sebel banget sama daerah Colorado. Sudah jalannya rusak, patah-patah, cuaca nggak jelas. Dikasih hujan es pula," gerutunya.
Setelah melewati itu semua, Dzaki sempat mengira semua akan berjalan lebih baik ketika ia memasuki wilayah Kansas. Ternyata tantangannya malah lebih ekstrem lagi. Tidak ada jalur khusus untuk pesepeda sehingga ia harus ekstra hati-hati terhadap mobil yang melaju kencang. Dzaki sempat mendapat cerita bahwa beberapa kali peserta TABR mengalami kecelakaan di Kansas akibat ditabrak mobil.
Saat berhenti untuk istirahat, Dzaki sempat diperingatkan oleh warga sekitar bahwa ada peringatan angin kencang pada jalur yang akan dilaluinya. Namun, Dzaki mengabaikannya. Ia tidak ingin menunda perjalanannya lebih lama lagi. Pria berkacamata itu ingin segera finis.
Benar saja. Baru mengayuh sepeda sejauh 30 kilometer, Dzaki dihadang hujan deras dengan angin kencang. Ia hanya bisa melaju 15 kilometer per jam. Tak disangka-sangka Dzaki terjebak tornado. Ngeri sekali sampai-sampai Dzaki hanya bisa pasrah dengan keadaan. Ia merasa nyawanya nyaris hilang gara-gara angin.
Akibat hantaman-hantaman itu tak pelak mempengaruhi fisiknya. Dzaki sempat drop. Belum lagi kondisi seluruh badannya yang mengalami kelelahan, terutama kaki dan pantat lecet. Kendati demikian, ia berusaha untuk terus bangkit dan tidak menyerah.
Semakin mendekati finis, Dzaki semakin bahagia. Artinya tinggal sedikit lagi upaya yang harus dikerahkannya untuk bisa sampai Yorktown Victory Monument. Setelah itu ia akan bisa istirahat untuk memulihkan badan dan mental sebelum kembali ke Indonesia.
Akan tetapi, Dzaki kesal sekali lantaran jalanan menuju titik akhir malah berkelok-kelok ke berbagai arah. Padahal saat itu Dzaki sedang mencoba menghindari awan gelap yang setia mengintainya. Malang tak bisa dihindari, akhirnya Dzaki kembali diguyur hujan yang sangat deras. Membuatnya harus berhenti di bangunan terdekat. Beruntung ada gereja bernama Fork Church, Virginia yang menjadi tempatnya berteduh.
Dzaki mencoba mengecek perkiraan cuaca. Setelah menunggu agak reda, ia pun nekat menerobos hujan sambil gowes pelan-pelan. Nanggung sudah nyaris finis. Berhenti untuk bermalam di motel terdekat terasa percuma. Yang membuatnya terkejut ialah jarak 450 km pada hari terakhir itu memiliki elevasi gain 3800. Belum lagi 50 km terakhir ia harus menghadapi jalanan penuh bebatuan. Dzaki sampai harus mendengarkan lagu untuk mengontrol pikiran. Sebab, badannya sudah terasa sakit semua.
"Hari terakhir harusnya masa recovery tapi dihajar lagi. Jadi gowes sudah tidak ada tenaganya," katanya.
Kendati demikian, Dzaki akhirnya sampai juga pada ujung perjalanannya. Ia berhasil menghadapi berbagai tantangan terutama cuaca ekstrem. Bahkan ia sukses finis enam hari lebih cepat dari target 27 hari yang sempat dicanangkannya.
Selamat Dzaki!!