Beda 37 Tahun, Ko Hay dan Aditya Rebut Juara Ketiga Men Pair East Java Journey 2024
Pasangan Go Suhartono dan Aditya Muslik Arman menjadi pasangan yang paling dinantikan perjalanannya dalam East Java Journey 2024. Pasalnya mereka sangatlah unik. Gap umurnya terbilang jauh. Kendati demikian mereka mampu melejit menjadi juara ketiga men pair.
Selain usia, banyak sekali perbedaan di antara keduanya. Satunya suka bersepeda cepat demi kejar waktu agar lolos cut off time, satunya terkendala masalah fisik dan penglihatan. Satunya inginnya terus gowes walau sudah malam, satunya lagi harus istirahat demi memulihkan tenaga.
Jadi tantangan sesungguhnya dari pasangan Ko Hay dan Adit ini bukan hanya perkara jarak 1.500 km yang harus mereka tempuh. Bukan pula tantangan-tantangan rute yang harus dihadapi. Tetapi soal kompromi itulah yang menjadi cobaan utama keduanya.
Tidak heran. Bagaimana pun keduanya sangat berbeda meski sama-sama berjiwa ultra. Ko Hay sudah 74 tahun, sedangkan Adit masih 37 tahun. Jadi soal semangat dalam menuntaskan EJJ 2024 ini tentu tidak sama.
Baca juga: Ivo Ananda:Kebut EJJ 600 Km Dalam 31 Jam Demi Nonton Persebaya
Dalam wawancara dengan mainsepeda dan SUB Jersey, keduanya menuturkan kalau segala rencana yang telah disusun apik jadi berantakan. Kenyataan di jalan tidak berjalan sesuai harapan.
“Tiap hari kepala saya mikir gimana ini. Ngejar waktunya bagaimana ini,” ucap Adit.
Mereka tidak menemui kendala ketika harus menghadapi tanjakan yang begitu banyak. EJJ kali ini memiliki total elevation gain mencapai 14.000 meter. Namun, kendala utamanya ada pada rute gravel.
Selama hampir tujuh hari di jalan, keduanya bercerita kalau hari terberat ada pada hari kelima. Setelah check point kedua di Istana Gebang, Blitar. Yakni pada segmen gravel.
Baca juga: Patricia Satu-Satunya Cyclist Perempuan EJJ 2024 1.500 Km Akhirnya Finis
Adit yang memang hobi gravel-an tidak masalah. Beda halnya dengan Ko Hay yang harus setengah mati mengejar. Bahkan cyclist legenda di Surabaya itu secara jujur mengakui harus menuntun sepedanya selama segmen gravel. “Handling saya kurang kalau gravel,” aku Ko Hay.
Jadinya Adit gowes lebih dulu. Ko hay tertinggal di belakang. Tetapi Adit menunggu di jalan kelokan, sebab, meski sudah sangat berpengalaman gowes nyatanya Ko Hay tidak bisa baca peta. Daripada nyasar jadilah Adit menunggu saja.
“Itu pertama kali Ko Hay, saya ajak ngemper tidur di hotel merah putih,” cerita Adit.
Baca juga: Habibie: EJJ 2024 Jadi Ajang Pemanasan Sebelum Gowes ke Mekkah
Hotel merah putih yang dimaksud ialah pom bensin. Mereka memilih tidur di musholla pom karena ada problem pada perutnya. Setelah itu mereka juga sempat beberapa kali tidur di sembarang tempat, yaitu warung di sekitar area Bojonegoro.
Pada hari terakhir Minggu, 3 Maret ini Adit sedikit memaksa Ko Hay untuk jalan terus. Bagaimana pun mereka harus tiba di Surabaya sebelum pukul 21.00 WIB. Misi mereka ialah finish under cot.
Adit dan Ko Hay makin semangat lantaran mendapat kabar kalau mereka berpotensi juara tiga. Makanya mereka coba mengejar itu. Dan ternyata berhasil. Bukan main senang dan leganya mereka ketika finis di Surabaya Town Square pada sore hari. Total keduanya membukukan waktu 156 jam 12 menit 12 detik untuk tuntas keliling Jawa Timur dalam 7 hari.
“Bersama Ko Hay, saya banyak belajar memanage waktu se-efisien mungkin. Pace kami berbeda, kebiasaan berbeda. Kalau cuma muda sama sehat, nggak mungkin ngalahin Ko Hay. Perlu latihan lebih,” ujar Adit.
Disinggung soal akankah keduanya mengulang berpasangan dalam EJJ yang akan datang? Adit dan Ko Hay tertawa. “Kalau Tuhan masih memberi kesempatan, ya, siap ikut lagi,” tutur Ko Hay bijak.
Selamat Ko Hay dan Adit!! Kalian luar biasa!!
Della -
Sangat menginsprasi meskipun perbedaan umur yang jauh, semangatnya tetap seperti mudaa