Shop now to get your free shipping offer. SHOP NOW

Ferdi Ramadan: Terharu Dengan Sambutan Warga Lokal Sepanjang 1.200 KM Paris-Brest-Paris 2023

Ferdi Ramadan: Terharu Dengan Sambutan Warga Lokal Sepanjang 1.200 KM Paris-Brest-Paris 2023

Paris-Brest-Paris (PBP) 2023 telah berakhir. Event ultra cycling tertua di dunia itu resmi ditutup pada 24 Agustus lalu. Ferdi Ramadan senang luar biasa. Ia menjadi salah satu peserta asal Indonesia yang sukses menyelesaikan balapan unsupported tersebut di bawah cut off time (COT).

 

Cyclist asal Yogyakarta itu finis dalam waktu 89 jam 10 menit 50 detik. Catatan waktu ini cukup dramatis mengingat COT PBP ialah 90 jam. Jika telat sedikit saja ia pasti gagal menjadi finisher balapan sepeda yang dimulai pertama kali pada 1891 tersebut. Ferdi memasuki finis di Rambouillet pada Kamis (24/8) pukul 12:58:44 waktu setempat.

 

“MasyaAllah Tabarakallah. Alhamdulillah cukup puas bisa menyelesaikan tantangan perjalanan event PBP 2023 dengan hasil under COT sampai finis,” tulis Ferdi saat dihubungi oleh SUB Jersey.

 

Demi menuntaskan balapan sejauh 1.200 km dengan total elevation gain hampir 12.000, Ferdi sampai kehilangan suaranya. Ia mengaku suaranya sangat serak. Makanya memilih untuk berkomunikasi via whatsapp chat dengan tim SUB Jersey.


Baca juga: Ferdi Ramadan Bawa Suvenir Gantungan Kunci Borobudur Untuk Warga Lokal


Kendati demikian, cyclist yang tergabung dengan komunitas Laler CC itu mendapat pengalaman luar biasa selama bersepeda menyusuri Paris menuju Brest dan kembali lagi ke Paris. Ferdi terkesima dengan rute yang menurutnya sangat unpredictable. Tidak seperti Indonesia yang banyak menemui jalanan rusak atau gradien tanjakan ekstrem, rute yang dilaluinya cukup mulus.

 

“Saya dihadapkan dengan tantangan perubahan cuaca yang ekstrem. Saat siang suhu bisa mencapai antara 30 hingga 35 derajat celcius, tetapi malam bisa mencapai 12 hingga 15 derajat celcius,” ceritanya.

 

Sebagai orang yang tinggal di negara tropis seperti Indonesia, perubahan cuaca seperti ini cukup menyiksa. Untungnya Ferdi sudah mengantisipasinya sehingga tidak mengalami kendala berarti.


Baca juga: Paris-Brest-Paris: Balap Sepeda Tertua di Dunia


Sepanjang jalan ia terkesima dengan pedesaan di Prancis yang tertata dengan apik. Begitu pula dengan antusiasme warga lokal terhadap para peserta PBP. Ferdi tidak menyangka cerita yang didengarnya selama ini mengenai kebaikan warga lokal terhadap para cyclist PBP maupun Tour de France benar-benar nyata.

 

“Yang sangat berkesan adalah sambutan yang sangat luar biasa dari hampir seluruh masyarakat di kota-kota yang kami lewati. Mereka dengan suka cita dari siang sampai malamm di beberapa sudut jalan member semangat kepada peserta yang lewat,” ungkapnya.

 

Tidak sedikit ia menemui warga yang menyediakan makanan, minuman, hingga tempat istirahat kepada para peserta. Sebagian besar menawarkan bantuan dengan cuma-cuma tanpa meminta bayaran. Karena sudah tahu tentang hal ini sejak masih di Indonesia, Ferdi pun telah menyiapkan suvenir berupa gantungan kunci Borobudur. Suvenir itu ia bagikan kepada warga lokal yang telah banyak membantunya selama PBP.

 

“Sungguh luar biasa dan mengharukan,” ujar Ferdi.

 

SUB Jersey menjadi bagian dari perjalanan Ferdi selama menuntaskan PBP. Ia sampai custom jersey dengan warna biru, putih, merah yang identik dengan bendera La France. Jersey tersebut dikenakannya di sana. Tidak hanya itu, ia juga mengenakan jersey SUB Indonesia Series 2023 dengan warna merah menyala. Seolah mewakili semangatnya yang membara pada PBP ini.

 

Saat finis, Ferdi memakai jersey custom berwarna merah dan putih dengan tulisan LALER pada bagian dadanya. Ini sebagai bentuk kebanggaan Ferdi, karena, bisa mewakili klubnya untuk ajang bergengsi seperti PBP.

Leave a comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Please note, comments must be approved before they are published