Shop now to get your free shipping offer. SHOP NOW

Paris-Brest-Paris: Balap Sepeda Tertua di Dunia

Paris-Brest-Paris: Balap Sepeda Tertua di Dunia

Ajang Paris-Brest-Paris (PBP) tengah menjadi perbincangan hangat di kalangan pesepeda Indonesia. Apalagi alasannya kalau bukan karena banyaknya cyclist asal Indonesia yang akan berkompetisi di sana. Jumlahnya sekitar 43 orang. Sebut saja Chaidir Akbar, Handika, Ferry Silviana Feronica, termasuk di antaranya.

 

Kendati demikian, pasti tidak semua orang tahu apa itu Paris-Brest-Paris. Sebab, namanya memang tidak sekondang Tour de France meski sama-sama berasal dari negara Prancis. Padahal ultra cycling race satu ini termasuk yang tertua di dunia. Pertama kali dimulai pada 1891, sedangkan TDF digelar pertama kali 1 Juli 1903.

 

Charles Terront menjadi cyclist pertama yang memenangkan PBP edisi pertama. Kala itu ia mencatatkan waktu 71 jam 22 menit untuk menyelesaikan balapan sejauh 1.196 km. Dulunya hanya warga Prancis yang merupakan pesepeda profesional yang boleh mengikuti PBP. Seiring berkembangnya waktu, PBP dibuka untuk pesepeda amatir.  


baca juga: Bangga Kenakan Produk Indonesia di Paris-Brest-Paris 


Meski dijuluki tertua, balapan ini tidak selalu diadakan setiap tahun. Setelah edisi pertama, PBP selanjutnya baru digelar pada 1901. Lalu edisi ketiga malah harus menunggu sepuluh tahun kemudian pada 1911. Berbagai perubahan pun terjadi selama itu. PBP mengalami beberapa revisi peraturan perlombaan. Hingga akhirnya sejak 1948, PBP rutin diselenggarakan setiap empat tahun sekali.

 

Konsep dasar balapan ini ialah peserta bersepeda dari Paris ke Brest, lalu kembali lagi ke Paris. Balapannya unsupported. Artinya peserta harus memikirkan sendiri segala kebutuhan mereka. Termasuk makan, akomodasi, waktu istirahat. Bahkan kalau ada sesuatu yang terjadi pada sepedanya, mereka juga harus mampu mengatasi sendiri.

 

Tidak mudah untuk menjadi peserta event yang digelar empat tahun sekali itu. Ada beberapa persyaratan yang harus dipenuhi. Utamanya yakni dengan menyelesaikan audax 200 km, 300 km, 400 km, dan 600 km di negara masing-masing. Setelah itu, baru bisa mendaftar PBP.

 

Namun, mereka tidak akan serta merta diterima begitu saja. Slot PBP terbatas. Tahun ini hanya 8.000 slot yang tersedia. Itupun 2.500 slot diperuntukkan bagi cyclist tuan rumah. Jadi persaingan untuk mendapatkan tiket PBP termasuk sengit, karena, peserta datang dari berbagai negara di dunia.


baca juga: Paris - Brest-Paris: Mimpi Besar Chaidir Akbar Jadi Kenyataan


Tahun ini peserta PBP harus bersepeda sejauh 1.218 km dengan elevation gain 11.892 m. Mereka akan memulai balapan pada Minggu (20/8). Cut of time PBP pada Kamis (24/8). Untuk cyclist yang berkompetisi harus menyelesaikan seluruh tantangan dalam waktu 80 jam, sedangkan untuk non-kompetitor harus finis sebelum 90 jam.

 

SUB Jersey turut mengambil bagian dalam event PBP.  SUB hadir lewat jersey Indonesia Series 2023. Chaidir Akbar, Ferry Silviana Feronica, Ferdi Ramadan, Pandu Arrizal, Yuan Fariz merupakan para cyclist yang akan mengenakan jersey tersebut. Mereka akan tampil menyala dalam balutan jersey merah.

Leave a comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Please note, comments must be approved before they are published