Chaidir Akbar: Terkesima Dengan Antusiasme Warga Prancis Selama Paris-Brest-Paris 2023
Chaidir Akbar sukses menuntaskan misi besar di Paris-Brest-Paris (PBP) 2023. Cyclist asal DKI Jakarta itu berhasil menyelesaikan ultra cycling sejauh 1.200 km di bawah cut off time (COT). Ia finis dalam waktu 86 jam 36 menit 09 detik.
Sejak awal brand ambassador SUB Jersey itu memang menargetkan bisa finis sebelum COT. Nasib baik pun berpihak padanya. Apa yang diharapkan Chaidir terkabul. Ia memasuki garis finis yang berada di Rambouillet pada Kamis (24/8) pukul 10:24:07 waktu setempat.
Chaidir luar biasa lega. Mimpinya menjadi finisher event balap sepeda tertua di dunia tersebut berhasil diwujudkan. Cyclist yang juga runner itu memang sangat bangga bisa menjadi peserta event yang diselenggarakan sejak 1891 itu.
“Puas banget. Saya nggak ada problem sama sekali pas sepedaan. Saya finis selamat, nggak ada kecelakaan. Pantat juga aman. Orang-orang banyak yang mengeluhkan soal pantat, tetapi saya aman karena pakai bib cargo T/A/G dari SUB Jersey,” ungkap Chaidir saat dihubungi SUB Jersey.
baca juga: Paris - Brest-Paris: Mimpi Besar Chaidir Akbar Jadi Kenyataan
Chaidir memang terlihat sangat menikmati perjalanannya menempuh rute dari Paris ke Brest, dan kembali lagi ke Paris. Ia banyak membagikan momen selama PBP dalam akun sosial media instagram miliknya @chaidirakbar. Menurutnya, salah satu kunci untuk tetap rileks menjalani balapan unsupported itu terdapat pada pemilihan apparel yang tepat.
Pria yang juga hobi triathlon ini sengaja memilih bib cargo T/A/G dari SUB Jersey. Harus menghabiskan puluhan jam di atas sepeda, praktis bib menjadi hal yang paling penting.
“Bib sangat krusial untuk kenyamanan. Dalam beberapa ultra cycling banyak yang tidak bisa selesaikan balapan karena pantatnya sakit dan lecet. Yang pasti menggunakan bib SUB T/A/G series ini, alhamdulillah saya nggak ada masalah,” jelas Chaidir.
Kaya akan pengalaman ikut audax membuat Chaidir tidak kaget sama sekali dengan tantangan yang dihadapinya selama PBP bergulir dari 20-24 Agustus itu. Malahan total elevation gain 12.000 m tidak terasa perih sama sekali. Padahal ini pertama kalinya bagi Chaidir berpartisipasi dalam ajang yang memiliki nilai historis tinggi tersebut.
“Kelihatan angkanya gede banget, tapi tanjakan di sini nggak ada yang berat. Nggak ada tanjakan yang lebih dari 10 persen. Paling sering 3 sampai 5 persen saja,” ungkapnya.
Dari laman tracking PBP tercatat Chaidir menghabiskan waktu belasan jam setiap harinya di jalan. Rata-rata kecepatan yang digunakannya 14.08 km/jam. Chaidir tidak gowes sendirian. Ia selalu bersama Mariska Mursid Zaenal dari awal hingga finis. Sehingga keduanya memiliki catatan waktu yang sama.
baca juga: Paris-Brest-Paris: Balap Sepeda Tertua di Dunia
Keberhasilan Chaidir finis sebelum COT praktis membuatnya bangga. PBP merupakan salah satu event yang diimpikannya sejak lama. Tidak mudah untuk menjadi peserta event yang digelar empat tahun sekali tersebut.
Setiap cyclist harus terlebih dulu menyelesaikan audax 200 km, 300 km, 400 km, 600 km, dan 1000+ km. Baru setelah itu bisa mendaftar PBP. Itupun masih harus berebut kuota dengan para cyclist lain di dunia. Tahun ini PBP hanya menyediakan 8000 slot saja. Di mana 2.500 slot diperuntukkan bagi cyclist tuan rumah.
Bisa merasakan langsung sensasi bersepeda di pedesaan Prancis membuat Chaidir senang. Ia sangat terkesima dengan antusiasme warga lokal terhadap para cyclist yang menjadi peserta PBP. Setiap saat mulai pagi, siang, sore, bahkan malam hingga dini hari ada saja warga yang menyemangati para cyclist, termasuk Chaidir.
“Ada yang menaruh meja di depan rumahnya isinya makanan dan minuman yang boleh kami ambil dengan bebas. Nggak ada yang seperti ini dievent lain. Gowesnya sepanjang 1.200 km dan sepanjang itu kami mendapat support yang luar biasa,” kata Chaidir senang.